Hello Parenting! (Siap-Siap jadi Bunda)

*nyalain blower*
Halo blog, lama banget gak nulis ya. Maafin aku :'(

Selepas lulus di bulan September kemarin, otomatis kegiatan berkurang (berbanding terbalik dengan massa tubuh *sigh). Pekerjaan? Memutuskan resign dari sekolah, karena banyak hal yang harus diprioritaskan. Akhirnya, pagi nganggur dan berangkat kerja (ngajar) siang hari di bimbel. Penghasilan? Cukup buat jajan gamis satu+kerudung+pulsa+bensin+bakwan malang, nabung, dan ikut tiga arisan. Alhamdulillah. Jujur di awal merasa happy dengan waktu pagi yang gak lowong, tapi belakangan ini mulai merasa "Kayaknya gue bisa deh bikin sesuatu yang lebih.." sampai pada akhirnya, bertemu dengan dunia parenting. Sempat ragu di awal karena it means masuk ke dunia yang fokus memperhatikan tumbuh kembang anak, cara penanganan masalah yang berkaitan dengan tumbuh kembangnya, serta update dengan isu-isu terkini yang bisa jadi gangguan dan ancaman untuk anak. (Nah kan, punya anak aja belom.)






Agak panjang cerita perkenalan dengan Rumah Parenting, Yayasan Kita dan Buah Hati (klik aja kalau kepo :3). Basecamp yang lumayan jauh dari rumah (+- 25 km) juga sempat jadi kendala setiap mau mampir ke sana. Allah ternyata punya kehendak lain, di kali pertama mampir tanpa banyak ba bi bu langsung diminta jadi kakak konselor untuk mengisi pelatihan besoknya. Besok???? Alhamdulillah, materi tentang kesehatan reproduksi tak sulit dikuasai, tapi poin beban mentalnya "mengantarkan" adik-adik memasuki masa remaja dengan pemahaman yang benar, nilai dan norma yang baik, serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab. (tuh kan berat banget, anak sendiri juga bukan, tapi tanggung jawabnya gede pisan euy T^T).

Logo Rumah Parenting.

Qodarullah, ternyata ini salah satu titik balik diri sendiri. Setelah pelatihan, jadi semakin sadar kalau jadi orang tua butuh banyak ilmu. Makin banyak to do list yang harus "dicentang" sebelum resmi jadi istri dan bunda. Makin sadar kalau ilmu yang ada sekarang masih amat sangat cetek sekali. Makin besar anak, justru makin berasa butuh sosok orang tua yang multi talented. Makin sadar kalau ternyata sosok bunda yang diharapkan ya bukan yang cuma pintar masak, rapi kalau bebenah, bisa menjahit, tapi juga bisa jadi sahabat, mentor, dan orang tua di saat yang bersamaan. Niat mau ngajarin anak-anak, malah berbalik ketampar sendiri karena ternyata masih "kosong". Allahu yaa Rahmaan, terima kasih telah kau berikan kesempatan luar biasa untuk belajar. Entah sempat atau tidak menjadi seorang bunda, ku percaya tiada ilmu yang sia-sia, in syaa Allah.

Menjadi orang tua itu sunnatullah, tetapi menjadi orang tua yang baik itu butuh keterampilan. Jangan pernah letih belajar, sebab ilmu tiada akan pernah habis digali :)

-calon bunda yang terus belajar-

Comments

  1. Gue maaaau banyaaak belajar dari lo pokoknya, mba Tres!!! :D :D
    Mau jadiiii bunda jugaaa nihhhhh~

    BTW, segerakan sama orang padang yah *kedipin mata*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orang padang yang mana giiiiiiiiiiiii? Bikin isu aja nih >_<

      Ayo kita belajar bareeeng, ajarin aku tahsin ya ustazah :3

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kita Memang Harus Berbeda

Mengenal Lima Bahasa Cinta (Bagian 1)

BIOTONE 2011 (y)