Jeda dan Jarak

Jadi, setelah food prep dan post status sebelumnya, ku jadi mikir. Kenapa makin sulit memisahkan biologi dari kehidupan. Ngeliat pohon, hewan, atau ditanya masalah badan, pasti langsung berusaha mikir. Apakah karena ku udah sangat terpaut dengan biologi? Apakah muka ku makin mirip buku campbell? 😚

Biologi adalah bagian hidup ku. No one can deny. Tapi sering ngerasa "Kayaknya ga harus dipikir secara ilmiah semua deh. Coba mikir kaya orang awam. Just accept the way it is."

Pas food prep tadi, begitu ngebalik si jamur ku langsung iden mana gills, annulus, cap, dan nama ilmiahnya. Padahal, bisa aja milih untuk stop di "Oh ini jamur champignon, dibikin cream soup enak sih."

Karena ku udah terlalu "in to it" sama biologi, pikirannya jadi jauh tentang "kebiologian" sebuah benda/fenomena.

..... 

Ku pernah merasa sudah tau cukup banyak tentang seseorang. Ngeliat cara dia bicara, pemilihan kata2nya, bahkan dari cara senyum, udah kebayang suasana hatinya. Meleset palingan yaaa cuma sesekali. Ga dipungkiri, ketika ada satu perbedaan sedikiiiit aja yang dia tampakkan, ku langsung kepikiran. Ada yang salah and I have to fix it

Kalau dianalogikan sama cerita di atas, ketika ku ngerasa udah terlalu kenal maka penilaiannya akan jadi semakin subjektif.

Akhirnya, ku menemukan jawaban dari pertanyaan di status sebelumnya. Bisa ga ku ga usah mikir ilmiahnya si sayur-sayuran ini?

Jawabannya, 
Bisa. 

Yang dibutuhkan cuma jeda dan jarak. 

... 

Jeda dan jarak, dua hal yang dibutuhkan untuk memandang sesuatu menjadi lebih sederhana.

Harusnya, saat ngeliat jamur tadi ya udah stop aja "Oh ini jamur". Tambahin dikit, "Besok tumis sama bayam aja lah." Sudah, cukup.

Trus korelasi ke manusianya?

Memahami seseorang memang jadi modal untuk membangun sebuah hubungan. Tapi menjadi terlalu tau tentang dia, bukan ga mungkin hubungan akan stagnan bahkan buyar.

Kadang, kita butuh jeda dan jarak untuk memberikan kesempatan hal-hal baru hadir. Entah hal baru bareng dia, hal baru yang melengkapi hidup kita, atau memberikan ruang untuk menghadirkan a better version for each of us to stick together for longer/harder/more challenging time maybe? 🤷🏻‍♀️

Menurut ku, when we get too much feel "in to it" to someone/something, just take some rest and a get lil bit break.

Berapa lama? Ya mbuh. Kan berbeda kebutuhan tiap manusya. Sehari, seminggu, sebulan, atau setahun, yaaaa bebas.

Tujuannya bukan menghindar, tapi mengambil jeda. Melihat dari sudut pandang yang sedikit lebih luas karena objektivitas mulai buyar.

Menyenangkan rasanya ketika kembali dari sebuah jeda. Seolah semangat akan terisi untuk belajar hal-hal baru atau memaknai peristiwa yang lalu.

Semangat memaknai perjalanan ♡

Dari aku, yang baru kembali setelah mengambil jeda dan waktu istirahat ♡

Comments

Popular posts from this blog

Mana yang Duluan? (The Ways to Manage Your Priority)

Kita Memang Harus Berbeda

Cerita dari Cipelang ♥