Salah Perhatian (?)
Kalau disuruh menggambarkan tahun 2017 secara keseluruhan, i will say... a roller coaster. Tahun 2017 ini benar-benar sebuah tempaan hidup buat gue pribadi. Banyak banget peristiwa yang buat nangis-ketawa-kecewa-bangga bisa secepat kilat berganti. Tapi Alhamdulillah, entah Allah punya maksud apa, semua peristiwa ini membuat gue berpikir lebih dalam. Biasanya, kalau udah ngalamin sesuatu yang gak enak, akan berusaha melupakan. Tapi nggak di tahun ini, seolah Allah sedang "berbicara" dengan gue melalui kejadian-kejadian yang dialami.
Gue ngerasa Allah banyak menegur di tahun ini. Salah satunya tentang sikap mudah memperhatikan/memberi perhatian ke orang lain. Iya, salah satu kelemahan terbesar gue.
Terlahir sebagai seorang ambievert membuat gue mudah memperhatikan orang, even sampai ke hal detail seperti bau parfum, level kepedasan makanan yang disuka, atau nomor plat/ciri khas kendaraan. Gak jarang orang lain bisa suprise "Kok lu inget sih, gue aja lupa.." atau "Kok lu tau sih" dan juga "Gak nyangka, lo merhatiin sampe segitunya" (gue gak kepo-an kok. wkwk).
Dulu, gue berpikir kalau perhatian ke orang itu gak salah selama niatnya ngebantu bukan ngerecokin. Tapi sekarang, gue makin belajar kalau perhatian itu banyak bentuk dan caranya. Dulu, gue bisa sepedahan muterin 3-4 komplek buat cari obat di apotik karena ada 1 temen yang sakit (dan obatnya ribet), nekat ke Ciputat (yang belum pernah sama sekali ke sana) untuk cari info kuliah buat temen juga. Tapi sekarang, gue yakin kalau perhatian itu bisa sesederhana melalui doa yang kita minta setiap abis shalat. Dulu, gue pikir semua orang akan menerjemahkan bentuk perhatian gue ini sebagai tanda persahabatan dan memang pribadi gue yang care sama orang. Tapi, sekarang gue sadar kalau gak semua orang siap menerima kadar perhatian (yang lebih).
Gue jadi tau bahwa ada faktor tingkat ketahanbaperan yang beda pada setiap orang. Awalnya istilah baper ini cukup mengganggu buat gue pribadi, kenapa? Karena baper identik dengan orang yang "rentan" kalau diperhatiin lebih sama orang. Rawan banget jadi korban PHP, padahal gak bakal ada ceritanya baper atau PHP kalau kitanya juga gak berharap. Iya gak? Is that so hard to become an open minded person?
Kalau baru sekedar nanyain obat, ngasih advice supaya hidup lebih sehat, atau ngeladenin curhat udah begini pemahamannya gimana kalau tiap pulang ditungguin dulu sampai dapat angkutan, hapal makanan favorit, bahkan dibantuin skripsi dan kerjaan lainnya? Mungkin gue bisa dianggap mau nyantet -_-' (i did all those things above to my best friends, FYI)
Dude, kalau ada orang yang perhatian sama kita, belum tentu itu karena dia ada rasa lebih ke kita. Kalau ada orang yang paham detail kesukaan atau ketidaksukaan kita, belum tentu karena dia menaruh hati ke kita. Kalau ada orang yang gak tahan ngeliat kita sakit dan mengupayakan untuk bantu kesulitan yang dihadapi, belum tentu karena orang itu suka sama kita.
Jadi, kalau gue perhatian sama orang (lawan jenis) ya belum tentu karena gue suka atau sayang sama dia. Singkatnya begitu.
Sakit loh ketika kita berusaha perhatian sama orang, bantu dia, eh kemudian dijauhin dan ujung-ujungnya "Ya salah sendiri dulu kenapa perhatian banget jadi orang?" ..... Rasanya itu kaya garemin air laut (?) Pengen bales, tapi gak guna juga.
Tapi, semua hal di atas membuat gue mikir dan akhirnya sampai pada satu kesimpulan kalau gak semua orang bisa dan boleh dikasih perhatian. Ada yang cukup dipedulikan, atau bahkan kita cukup tau dia masih hidup apa nggak.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk cari pembenaran atas sikap pribadi gue, tapi gue mau ngajak kalian baik si pihak pemberi perhatian atau penerima perhatian untuk coba sama-sama memberi dan menerima perhatian pada tempat dan kadar yang sesuai. Gue sudah melakukan kesalahan besar, dan i won't the same mistake happen to you.
Belajar dari kejadian-kejadian "ajaib" di tahun ini, gue harus kembali mengklasifikasikan jenis makhluk yang bisa dikasih berhatian lebih. Seperti sahabat, teman, adik kelas, dan murid-murid. Selebihnya? Cukup dipedulikan saja.
Alhamdulillah, Allah masih kasih kesempatan untuk memperbaiki diri.
Alhamdulillah, Allah masih sayang.
Semoga ujian ini buat kita (dan gue pribadi) naik kelas :)
Hhooo sama sih kadang aku juga merasa terlalu perhatian even khawatir sama orang lain. Padahal mah ya harusnya sewajarnya aja sih. Seringkali 'perhatian lebih' berujung hal yang gak ngenakin. Yaa setiap orang beda2 takaran nya hho
ReplyDeleteiya shof, jadi makin tau kalau gak semua orang bisa tahan diperhatiin. Mungkin kalo cowok, kita2 udah dicap PHP kali yak. wkwk
ReplyDeletejangan2 lebih dari php lagi, aka ganjen wkwkwk. tapi sekarang aku udah jarang sih perhatian lagi. malah cenderung ansos dan bodoamatan sama cowok hho
ReplyDelete