Secret Admirer

Menjadi seorang secret admirer memang banyak pahit-manis nya. Senyum-senyum kalo lihat dia dari jauh, tapi harus normal lagi kalau ada di dekat dia. Grogi setengah mati kalau sms dibalas, tapi harus tetap sadar mengatur kata saat  membalas. Deg-degan serasa atlit marathon 2 kilometer saat menyapa lalu dibalas. Ya kan?
Rena selalu refleks tersenyum setiap melihat dia. Seketika merasa senang saat bisa menangkap sosoknya, merasa lumpuh saat berbalas sapa. Meskipun hanya bertemu kurang dari dua menit, Rena merasa itu adalah saat paling membahagiakan di harinya. Cukup untuk membuatnya tetap riang sepanjang hari.
Suka sama seseorang juga membuat kita jadi detektif. Rena tau kalo dia itu kakak tingkat dan beda jurusan. Rena tau kalo dia lagi praktik ngajar dari Senin sampai Rabu, dan Rena juga tau lokasinya. Rena tau di mana dia biasa memarkirkan motornya. Rena tau di mana spot-spot Rena bisa melihat senyumannya. bahkan Rena tau tepat sebelum puasa kemarin dia baru saja membeli HP android baru, dan tentunya ini membuat Rena =sangat senang karena nama dia muncul di whatssap dan LINE nya.

*di balik matamu ada hati yang menunggu..*

Rena cuma bisa sekedar senyum atau menyapa basa-basi ke dia. Selamat pagi, lagi ngapain? , butuh saran nih, atau sekedar say Hello mungkin udah jadi satu album kompilasi kalo direkam. Padahal Rena ingin lebih. Ngobrol banyak, curhat, ataupun sekedar makan siang bareng sambil cerita-cerita. Seperti yang selama ini Rena lihat kalau dia lagi kumpul sama teman-temannya.
Jadi secret admirer memang kadang membuat kita jadi seorang pengharap atau yang penuh harapan. Walaupun sebenernya kita sadar, belum tentu semuanya terwujud. Memendam, tapi ngga pernah tau kapan bisa berani buat ngungkapin.
Tapi, pernah ngga kita sadar kalau saat jadi secret admirer bahagia itu simple loh. Amat sangat simple . ngga percaya? Rena yang seharian ini udah suntuk kuliah sampe sore ditambah rapat acara yang udah di depan mata bisa tiba-tiba seger lagi saat lihat senyum dia. Sekedar menyapa, dibalas, lalu ditambah sedikit basa basi, maka taraaaaaa~ bunga-bunga bermekaran lalu berjatuhan di sekitar kepala Rena. Beda sama yang dirasain waktu masih pacaran. Pusing tujuh keliling mikirin surprise apa yang cocok buat ulang tahun pacarnya, sampai jatuh sakit *ini agak tragis ya -_-* Walaupun, ngga semua orang yang pacaran gitu sih. Tapi, bener kan?

*aku diam-diam suka kamu…semua kan indah seandainya aku bisa memilikimu..*
Ah, terlepas dari semua kepenatan hari ini Rena sudah cukup bahagia mengenang bagaimana bisa bertemu lalu kenal sama dia. Mungkin cukup, toh seperti ini pun dia sudah senang. Jadi pengagum dari jauh, tapi Cuma bisa berharap. Jadi penikmat senyum dan pedengar lantunan kata-katanya, tapi Cuma bisa mengagumi.
Kuliah jam ke tiga selesai, suara adzan sudah terdengar mengalun indah dari Masjid yang ada di komplek kampus tercintanya ini. Bergegas membereskan buku, lalu turun dari kelasnya di lantai tiga dengan sisa tenaga yang ada hari ini.

***

“Eh, Rena. Udah selesai kuliahnya?” . “Eh Ka Arif, iya ini baru aja selesai. Kakak ga ngajar?” . “ Ngajar kok, tadi pas selesai langsung balik lagi ke kampus. Mau rapat bem nih. Saya duluan ya…” . “Oh gitu, iya kak. Semangat rapatnya ya kak..”


Comments

Popular posts from this blog

Mana yang Duluan? (The Ways to Manage Your Priority)

Kita Memang Harus Berbeda

Cerita dari Cipelang ♥