Maaf dari aku yang pernah membebanimu. Maaf jika perangaiku hanya membuatmu pilu. maaf jika ego dan emosiku hanya menyita pikirmu. K etika senyum tak lagi hangat, ketika peluk tak lagi menenangkan, sepi sendu tinggal bersamaku. Selain senja, aku menyukai malam, sunyi yang meneduhkan, gelap yang menenggelamkan. L ambat kuputar memori, aku penat. Ketika kutemukan amat panjang runutan kesalahan, hanya karena ego semata. Maafkan kehadiran perempuan ini dalam hidupmu. pada akhirnya, hanya jadi beban penyita pikirmu. Ah apalah aku, seonggok daging yang diberi akal tapi tak pernah dimaksimalkan. “Kamu mau nyerah? kok gitu? kalo aku mikirnya kita kayak bakteri yang mikrofilinya banyak. emang sih, gak semua sisi kita cocok, tapi ada sisi lain yang cocok. ya kan?” ujarmu di kala itu.